Entri Populer

Selasa, 14 Februari 2017

The Real Valentine: Ini Caraku Melihat Perayaan Valentine

Bukti Kasih untuk Sesama: Kado dari Seorang Tukang Ojek di Hari Valentine

“Valentine? Aku sih No!”
“Yuk rayain Valentine!”
“Happy Valentine!”

Banyak pendapat tentang hari dan perayaan valentine tahun 2017 ini. Ya, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tulisan ini bukan untuk mengkritik atau pun menentang mereka yang kurang menyetujui perayaan di hari valentine atau pun mereka yang merayakannya (dengan agak berlebihan).
Sore ini, sekitar pukul 16.30 WIB, saya memutuskan untuk pergi mengambil fotokopian meskipun dilingkupi mendung yang gelap. “Takut besok gak buka, kan libur nasional.”  Saya melaju menuju ke tempat fotokopian tersebut, letaknya di dekat perempatan Fakultas Teknik UNY. Sekitar 50 meter sebelum perempatan, macet! Kabarnya daerah ini memang sudah biasa macet. Tapi ini kali pertama saya mengalaminya langsung. Orang-orang juga terlihat tidak sabar untuk segera terbebas dari belenggu antrian karena macet itu. (Termasuk saya sendiri. Hahaha)
Setelah perjuangan melewati antrian mobil yang cukup panjang (motor masih cukup lancar untuk melaju hingga perempatan tersebut), ada hal menarik yang saya lihat. Seseorang sedang berusaha mengurai kemacetan tersebut. Dia berusaha tetap sabar di tengah hiruk pikuk jalanan. Meskipun hari semakin petang, dan mungkin kantongnya belum semakin tebal, dia tetap memberikan waktunya untuk membantuk para pengguna jalan yang terjebak kemacetan di perempatan tersebut. Lalu, dia itu siapa? Polisi? Satpam? Petugas khusus? Bukan. Dia seorang tukang ojek. Berkat bantuannya, saya pun berhasil menyeberang jalan yang begitu ramai sore tadi.
Sesampai di tempat fotokopi (yang letaknya di salah satu pojok perempatan itu), saya masih sempat melihat tukang ojek itu. Dia belum pergi. Hingga saya selesai melakukan “transaksi”, dia pun belum pergi. Masih bertahan di tengah orang-orang yang mungkin jadi tak sabar karena terburu-buru dikejar waktu. Bahkan hingga saya memutuskan untuk pulang melaui jalan yang lain, kemacetan itu belum usai. Dan saya rasa, “urusannya” juga belum usai.
Selama perjalanan pulang, saya masih terbayang peristiwa itu. Dan seketika teringat, sekarang tanggal 14 Februari 2017. Terus memangnya kenapa? Bagi beberapa orang mungkin ini hari yang biasa, taka da yang istimewa. Tapi bagi khalayak umum di seluruh dunia, kita ketahui bahwa hari ini biasanya dikenal sebagai hari Valentine! Ya, hari kasih sayang. Hari menunjukkan kasih sayang.
Kembali ke pernyataan saya sebelumnya, banyak pendapat tentang hari Valentine ini. Setuju dan tidak setuju, suka dan tidak suka, dan lain sebagainya. Saya pun sebenarnya biasa saja dengan hari Valentine ini. Karena kasih sayang tidak hanya ditunjukkan saat hari kasih sayang, atau hari ibu, seperti kebahagiaan yang tidak hanya saat hari ulang tahun, atau saling memaafkan saat hari lebaran. Saya tidak akan memberikan pendapat tentang setuju atau tidak tentang perayaan hari Valentine, setiap orang memiliki pandangan dengan alasannya masing-masing. Tapi saya ingin melihat makna dari hari Valentine ini sendiri. Hari menunjukkan kasih sayang. Tukang ojek itu, dia akui atau tidak, disetujui masyarakat atau tidak, menurut saya, dia telah menunjukkan “kasih sayangnya” untuk lingkungannya. Dia menunjukkannya dengan kepedulian dan kerelaan memberikan tenaga, pikiran, dan waktunya. Waktu, adalah hadiah terbaik bagi siapa pun, karena setelah diberikan ia tak bisa diambil lagi. Menurut pandangan saya, tukang ojek ini mengajarkan bahwa hal terbaik untuk diberikan sebagai wujud kasih sayang bukanlah barang, tapi waktu, tindakan.
Mungkin kejadian tentang “orang-orang” yang rela memberikan “dirinya” untuk orang lain ini bukanlah kali pertama dan tidak di hari Valentine saja. Tetapi kejadian ini jadi lebih istimewa ketika terjadi di hari kasih sayang ini. Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan pendapat “mari tanggapi makna Valentine secara berbeda”. Jangan hanya terpaku pada tradisi yang mungkin memang tidak sesuai dengan budaya ke-Indonesia-an. Manfaatkanlah untuk mewujudkan Valentine yang benar-benar “nyata”.
*** 


Ps: Para pembaca mungkin tidak langsung percaya pada cerita tukang ojek tersebut. Ya, no picture = hoax. Tapi ini benar-benar terjadi. Mereka yang melintas di perempatan tersebut sekitar pukul 16.30 pasti melihatnya. Dan sekali lagi, tulisan ini hanya sekedar sharing dari pengalaman dan pemikiran pribadi saya tentang hari Valentine (yang katanya hari kasih sayang) yang saya kaitkan dengan kejadian yang saya alami. 

Rabu, 06 Januari 2016

Secangkir Teh



Sore ini, aku duduk termangu di teras rumah, menatap matahari yang akan segera tenggelam dan berganti gelapnya malam. Sekarang pukul 16.50. Aku masih menunggu air yang kurebus, untuk menyeduh teh, mendidih. Aku terbayang akan masa “putih abu-abu” ku yang tak terasa akan segera berlalu. Hanya tinggal hitungan bulan lagi dan semuanya akan berbeda, tak akan sama lagi. Aku akan segera dihadapkan dengan kehidupan yang lebih keras dan lebih kejam lagi. Tak peduli seberapa besar pun usahaku untuk menunda datangnya waktu itu, ia selalu memiliki kekuatan yang lebih hebat untuk datang menyergapku. Ibuku pernah berpesan: “Kamu harus siap. Apapun yang terjadi, terjadilah. Hadapilah.”
***

Beberapa hal yang kualami terasa bak mukjizat bagiku. Sewaktu aku mendaftar ke SMP favorit di kotaku, aku tidak pernah pernah terbayang akan mampu menjadi salah satu peserta didik di sana. “Bu, aku ingin mencoba. Aku tetap ingin. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, aku juga tidak terlalu berharap bisa lolos. Kalau nanti peringkatku jelek, aku akan mencabut pendaftaranku dan pindah ke sekolah lain (yang lebih rendah kualitasnya),” kataku pada ibu saat ia memberiku tawaran untuk memilih sekolah yang lain. Aku memang pesimis waktu itu. Mungkin karena didikan orangtuaku untuk tidak berharap terlalu tinggi pada hal-hal tertentu, untuk tetap rendah hati dan mawas diri. Saat itu, aku sadar aku tidak terlalu pandai. Tetapi, seperti ada kekuatan lain yang mendorongku untuk tetap mencoba kesempatan itu. Kejadian yang hampir sama kembali aku alami saat aku mendaftar ke SMA favorit se-kabupaten tempat aku tinggal.
Kebahagiaan tak terkira memenuhiku dan membuat dadaku terasa penuh dengan bintang-bintang. Siang itu adalah hari terakhir penerimaan siswa baru (PPDB) di SMA. Aku merasa was-was meskipun peringkatku tak begitu buruk. Hanya sedikit kekhawatiran kalau-kalau ada kesalahan, karena aku sangat berharap bisa diterima di sana. Hingga waktunya pun tiba. Aku merasa bahwa Tuhan memang selalu menyertaiku. Setiap usaha yang kuiringi dengan doa tak pernah Ia biarkan begitu saja. Sejak pengalaman di SMP, aku memang sudah mulai pede dengan kemampuan yang aku miliki. Bukan sombong. Tetapi aku percaya bahwa aku mampu meraih impianku dengan doa dan memaksimalkan kemampuanku, serta dukungan dari orang-orang di sekitarku.
Hari-hariku berlalu dengan cepat. Tahun pertamaku di SMA ini sudah hampir terlewati. Aku juga mulai merasakan bahwa tubuhku terlalu lelah untuk melakukan begitu banyak aktivitas di sekolah. Prestasiku tak secemerlang sewaktu aku masih duduk di bangku SMP. Tetapi bagiku, prestasi itu hanyalah salah satu ukuran pencapaian kita dibandingkan orang lain. Memang penting, tetapi proses juga penting. “Jika aku tidak bisa meraih prestasi seperti yang diraih orang lain, bukan berarti aku tidak bisa atau aku tidak berusaha. Hanya saja, itu cara Tuhan menyadarkanku bahwa: sekianlah kemampuanmu, kamu telah berusaha maksimal,” pikirku. Berbagai peristiwa menyadarkanku bahwa yang terpenting bukanlah prestasi yang kita raih, tetapi usaha yang maksimal. Bukan hanya sekedar nilai yang kita dapat, tetapi kita juga dapat memahaminya. Pemikiran itu ternyata tak hanya berlaku bagi kehidupan akademikku saja. Dalam kehidupan sosialku pun hal itu tetap berlaku. Dalam setiap cobaan atau tantangan yang kita hadapi, bukan hanya tentang bagaimana kita berhasil keluar dari masalah itu. Tetapi juga bagaimana pemahaman kita tentang masalah itu. Apakah kita sudah tersadarkan untuk lebih berhati-hati dan melakukan sesuatu dengan lebih baik, atau malah tidak ada perubahan sama sekali.
***
Tiba-tiba aku tersadar dari lamunanku begitu gerimis turun membasahi tanah di hadapanku. Suasana itu benar-benar sesuai untuk membawaku kembali ke dalam lamunan dan mengingat kejadian yang lebih melibatkan perasaan. Aku segera teringat akan pengalamanku menyukai beberapa orang di sekolahku. “Hihihi..,” aku seketika terkikik mengingat hal itu. Terasa sedikit kikuk untuk mengenang hal ini, kisah yang sedikit banyak memiliki kemiripan dengan drama-drama yang pernah kutonton sebelumnya.
***

Hal-hal baru terus terjadi padaku. Ponsel baru, misalnya. Aku begitu senang ketika akhirnya aku diberi kepercayaan memiliki sebuah ponsel berbasis Android, atau smartphone, jenis ponsel yang sedang populer saat ini. Aku segera terangsang untuk mencoba aplikasi-aplikasi unik yang sebelumnya hanya bisa aku lihat saja. Satu hal yang benar-benar aku tanamkan dalam diriku, ponsel itu jangan sampai merusakku. Benar saja, belum berapa lama aku memakainya, waktu belajarku sudah mulai terganggu. Tiba-tiba kecanggihan smartphone itu mengalihkan dunia belajarku. Sebagian besar kegiatanku dengan ponsel itu tak pernah jauh dari ‘obrolan bersama teman’. Ya, karena memang ponsel itu sudah tidak begitu baik kondisinya karena hanya lungsuran dari kakakku, jadi tidak banyak hal yang bisa aku lakukan dengannya. Setidaknya itu memberiku peluang untuk lebih memberikan waktuku pada belajar daripada kepadanya.
Seperti layaknya anak remaja, aku pun mulai merasakan sensasinya menyukai lawan jenis. Aku pernah mengagumi beberapa orang, aku lebih nyaman menyebutnya kagum daripada suka (aku takut pada cerita-cerita cinta tak berbalas, diam-diam suka, bertepuk sebelah tangan, dan lainnya). Orang pertama yang aku kagumi adalah seorang kakak kelas tampan yang memang menjadi salah satu idola di sekolahku. Dia cukup terkenal, jadi meskipun tanpa ketampanannya pun pasti banyak yang mengenalnya. Kagumku hanya sebatas kagum dan mulai sirna ketika dia sudah lulus dari SMA. Orang yang kedua adalah teman sekelasku. Aku tidak yakin apa yang membuatku mengaguminya. Dalam beberapa hal, dia memang menarik, salah satu laki-laki di kelasku yang tampak menarik, apalagi dengan bakat bermusiknya. Aku memang sedikit tergila-gila dengan orang yang pandai dalam bermusik, bak pandai menyenandungkan irama-irama alam yang menenangkan. Hingga akhirnya, kagumku pun hanya sebatas kagum, tak pernah menjadi suka, atau lebih dari itu. Sikapnya terlalu dingin bagiku, membuatku hanya sampai untuk berpikir menjadi temannya saja. Dan orang ketiga yang membuatku kagum, adalah seorang kakak kelas yang tepat satu tahun di atasku. Dia pandai bermusik. Tetapi kekagumanku sempat terhenti karena niatanku untuk fokus pada sekolahku dahulu.
Beberapa bulan berlalu, takdir tak terduga terjadi padaku. Hal yang tak pernah terbayang benar-benar terjadi. Hal yang membuat niatku untuk benar-benar fokus pada sekolahku, kandas. Hal yang membuatku sedikit kehilangan pikiran jernihku dan mengalihkan duniaku (lagi). Orang yang aku kagumi ternyata menyukaiku. Penjelasan yang begitu singkat, dia menyukaiku dan membuatku benar-benar tidak mampu untuk hanya memfokuskan sekolah tanpa memikirkan hal-hal lainnya. “Kamu kalau ada yang suka, cerita dong sama ibu. Jangan sampai ibu tidak tahu. Jangan buat ibu penasaran, hehe,” ledek ibuku setelah melihatku begitu ceria pada beberapa hari terakhir. “Hehe, ada. Dulu aku yang mengaguminya, sekarang aku tahu kalau dia belum lama ini menyukaiku. Padahal aku tidak pernah mendekatinya sebelumnya, lho. Mungkin sudah takdir Tuhan, hehe,” jawabku malu-malu. “Oh, jadi anak kesayangan Ibu ini udah punya pacar ya? Kok baru cerita sih?” ledek ibuku lagi. “Eh, bukan gitu, Bu. Baru dekat saja, kok. Tidak lebih, mungkin belum,” jawabku sambil berharap hal itu akan terjadi.
Aku merasa bagaikan seorang ahli sihir yang kata-katanya dapat menjadi kenyataan. Tak lama, kami memang tak lagi sebatas teman, tak lagi sekedar dekat, sudah menjadi lebih dari itu. Namun, untuk meyakini bahwa itu nyata, aku pun masih antara ‘ya’ dan ‘tidak'. Di satu sisi pun, aku merasa telah melakukan kesalahan besar. Tetapi di sisi lain, aku benar-benar merasa tak mampu jika harus melewatkan kesempatan itu. Seperti kata orang, “Masa SMA adalah masa yang paling indah”. Jadi aku ingin hal ini dapat membuat masa SMA ku benar-benar indah. Ditambah lagi dengan ponsel baru hadiah dari ibuku, karena ponselku sebelumnya sudah hampir tidak berfungsi sama sekali.
***

Nduk, katanya mau bikin teh? Jadi nggak? Itu mumpung ada air panasnya,” seru ibuku dari dapur yang seketika kembali menyadarkanku. “Ya, Bu. Sebentar. Makasi,” sahutku. Aku masih merasa berat untuk mengangkatkan kaki dan membuat teh untuk menemani sore-ku itu, masih enggan. Tetapi, “Sepertinya melamun waktu gerimis begini, lebih nikmat kalau ditemani secangkir teh,” pikirku. Lalu aku segera bergegas menuju dapur dan membuat teh untukku dan untuk ayah, ibu, dan kakakku. “Yah, itu sudah aku buatkan teh sekalian. Untuk ibu dan kakak juga. Mau diletakkan di meja depan atau di dapur saja?” tanyaku pada ayah. “Di situ dulu saja, ya. Nanti Ayah ambil. Makasi ya, Nduk,” jawab ayahku. “Sama-sama, Ayah ganteng, hehehe,” balasku sambil meledek ayah. Ayahku memang lelaki tampan, “Itulah mengapa dia bisa memiliki anak secantik diriku,” gurauku dalam hati. Dengan membawa secangkir teh hangat, aku kembali ke teras dan melanjutkan lamunanku. Senja tinggal beberapa saat lagi. Ini sudah pukul 17.00. Beberapa hari ini matahari memang tenggelam lebih cepat. Pukul 17.15 saja sudah terasa gelap. Aku menyeruput tehku, lalu kembali larut dalam lamunanku.
***

Masa SMA memang begitu indah, sehingga ia harus berlalu begitu cepat. Belum berapa lama aku menikmati masa-masa kebebasanku dan kini aku sudah sangat dekat dengan masa genting sebagai siswa tahun terakhir. Ada banyak hal yang harus mulai lebih aku perhatikan. Terutama cita-citaku. Sesak hati ini ketika aku merasa aku masih bingung harus melanjutkan kemana, seperti tak tahu arah tujuan hidupku. Aku harus mempersiapkan segala hal untuk hal yang bahkan belum aku ketahui. Di tahun terakhir ini, aku sudah meniatkan diri untuk menambah waktu belajar dan mengurangi gangguan-gangguan lain. Hanya 2 hal yang sulit aku hindari, ponselku dan kekasihku (aku tidak tahu harus menyebutnya apa lagi). Aku hanya menjaga agar kedua hal itu tidak terlalu menggangguku.
Aku mulai berpikir, apa yang selama ini telah aku lakukan, mampu membuatku meraih impianku yang tinggi itu? Apakah mukjizat itu bisa kembali terjadi padaku? Apakah aku sudah melakukan usahaku yang maksimal? Apakah aku sudah selalu berdoa agar diberi kemudahan dalam tiap usahaku? Berjuta pertanyaan seketika memenuhi kepalaku. Membawaku kembali pada senja ini.
***

Aku kembali pada senja ini, di teras yang halaman di depannya telah basah oleh gerimis sejak beberapa menit lalu dan memberi aroma yang menyenangkan. Sekarang sudah pukul 17.15, matahari sudah benar-benar hampir menghilang, hampir benar-benar menjadi malam. Aku kembali menyeruput tehku yang masih hangat. Berharap menemukan ketenangan dan petunjuk, ke mana aku harus melanjutkan hidupku setelah lulus dari masa “putih abu-abu” ini. Aku sama sekali belum menemukan petunjuknya. Tetapi aku mendapat ketenangan dari teh itu. Ketenangan yang memberiku keyakinan bahwa Tuhan sudah menyiapkan rencana besar-Nya untukku. Seperti kata ibuku, yang bisa aku lakukan hanyalah melakukan usaha maksimalku yang terbaik. “Kamu harus siap. Apapun yang terjadi, terjadilah. Hadapilah.” Aku pun beranjak dari kursiku, berdiri dan tersenyum menatap matahari yang baru saja lenyap dari pandanganku, sambil memegang cangkir tehku. Aku tersenyum pada-Nya. Lalu aku berbalik dan segera melangkahkan kaki masuk ke istanaku.
***


Selasa, 01 Desember 2015

What is DNA?

Picture: DNA.
DNA is a hereditary substance that almost all organisms have. Living organisms have a large number of cells. Each cell has the same DNA. Most DNA can be found in the cell nucleus. They are called nuclear DNA. Small amounts of DNA are located in the mitochondria, which is called mitocondrial DNA or mtDNA.

DNA is identified based on four chemical bases: adenine (A), guanine (G), cytosine (C), and thymine (T). The order of the base can identify a certain organism from others. Nearly every cell in the human body has similar DNA.

The DNA will pair with each other, A with T and C with G. These pairs are called base pairs. Then, the pairs are attached to a sugar molecule and a phosphate molecule to form nucleotide. Nucleotides from two long strands that form a spiral called a double helix. It is like a ladder.

DNA is able to replicate or make copies of itself. That's why it is very helpful in identifying an organism, including humans.

("What is DNA," 2015)

Sources: Pathway to English for Senior High School Grade XII General Program (Erlangga).

Beberapa Organisasi Pergerakan Nasional

[Mohon maaf kepada para pembaca yang budiman, apabila pada beberapa postingan saya terdapat banyak kekurangan, baik dari segi penulisan, kerapian, maupun hal yang lainnya. Harap maklum. Terimakasih sudah membaca :) ]


I. Serikat Islam
    Tahun Berdiri                 : 1912
    Tokoh Pelopor/Pendiri   : H.O.S Cokroamonoto, HJ Samahudi

    Bentuk Organisasi          : Ekonomi dan Politik
    Tujuan Organisasi          :  a. Mengembangkan jiwa dagang.
                                              b. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan
                                                  dal;am bidang usaha.
                                              c. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang
                                                  mempercepat naiknya derajat rakyat.
                                              d. Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai
                                                  agama islam.
                                              e. Hidup menurut perintah agama.
     Strategi Organisasi        : -  SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk                                               
                                                    masyarakat Jawa dan Madura saja.
-    Mengadakan kongres antar bangsa.
-    Keluar dari Volksraad (Dewan Rakyat).
    Sikap Terhadap Hindia-Belanda   : Non Koopertif

II. Indische Partij
      Tahun Berdiri                 :  1912
      Tokoh Pelopor/Pendiri   :  E.F.E Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, Suwardi
                                                 Suryaningrat.          
      Bentuk Organisasi          :  Politik
      Tujuan Organisasi          : - Untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang
                                                  merdeka.
 -  Mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan
    pemerintah kolonial Belanda.   
      Strategi Organisasi         :   1. Melakukan propaganda secara lisan maupun tulisan      
                                                 2. Menyebarkan Brosur yang berjudul Als Ik een 
                                                      Nederlander was ( andaikan aku seorang Belanda) saat
                                                     Upacara  100 tahun peringatan kemerdekaan Belanda.
Sikap Terhadap Hindia-Belanda   : Non Kooperatif
  
III. Perhimpunan Indonesia (PI)  
     Tahun Berdiri                 :  1922     
      Tokoh Pelopor/Pendiri   :  Drs. Moh Hatta, Ali Sastroamidjojo, Abdul Madjid
                                                 Djojodiningrat, Nasir Datuk Pamuntjak.    
      Bentuk Organisasi          :  Politik
      Tujuan Organisasi          : - Mensejahterakan anggotanya yang ada di negeri Belanda
                                               - Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
      Strategi Organisasi         : a.  Menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra yang
                                                    Berganti
                                                b. Menggalakkan secara terencana propaganda tentang
                                                    Perhimpunan Indonesia keluar negeri Belada.
     Sikap Terhadap Hindia-Belanda   :  Non Kooperatif
   
IV. Partai Nasional Indonesia (PNI)
      Tahun Berdiri                 :  1927
      Tokoh Pelopor/Pendiri   :  Ir. Soekarno, Dr. ciptomangunkusumo, Ir. Anwar, Sartono
                                                 Sartono SH, Budiarto SH, Dr. Samsi.      
      Bentuk Organisasi          :   Politik
      Tujuan Organisasi          :   Menggalang kesatuan aksi melawan Imperealisme atau
                                                 Penjajah.    
      Strategi Organisasi         :  - Membentuk Badan Koordinasi (PPPKI
                                                 - Ir. Soekarno mengajukan pidato pembelaan “Indonesia
                                                   menggugat”.
     Sikap Terhadap Hindia-Belanda  : Non Kooperatif
   
V. Partindo (Partai Indonesia)
      Tahun Berdiri                  :  1931    
      Tokoh Pelopor/Pendiri   :   Ir. Soekarno, Sartono SH   
      Bentuk Organisasi          :   Politik
      Tujuan Organisasi          :   Indonesia Merdeka
      Strategi Organisasi         : a.  Perluasan hak-hak politik dan penteguhan keinginan
                                                    menuju suatu pemerintah rakyat  berdasarkan demokrasi.
                                                b. Perbaikan perhubungan-perhubungan dalam masyarakat.
                                                c. Perbaikan keadaan ekonomi rakyat Indonesia.
      Sikap Terhadap Hindia-Belanda   :  Non Kooperatif

VI. Parindra (Partai Indonesia Raya)
     Tahun Berdiri                 :  1935
      Tokoh Pelopor/Pendiri   :  Dr. Sutomo, Husni Thamrin 
      Bentuk Organisasi          :  Pendidikan dan Ekonomi
      Tujuan Organisasi          : - Indonesia Mulia dan Sempurna (bukan Indonesia
                                                  Merdeka).
                                               - Mencapai Indonesia Raya
      Strategi Organisasi         : a.  Bekerja sama dengan pemerintah Kolonial Belanda
                                                b. Mendirikan Rukun Tani.
                                                c. Menyusun serikat pekerja perkapalan dengan mendirikan
                                                    Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin).
                                                d. Menyusun perekonomian dengan menganjurkan
                                                    Swadeshi (menolong diri sendiri).                                                             
                                                e. Mendirikan percetakan-percetakan yang menerbitkan
                                                    surat kabar dan majalah.
                                                f. mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya.
     Sikap Terhadap Hindia-Belanda  :  Kooperatif

  
VII. PKI (Partai Komunis Indonesia)
     Tahun Berdiri                  :  1920
      Tokoh Pelopor/Pendiri   :  Semaun, Darsono, Snevliet   
      Bentuk Organisasi          :  Politik
      Tujuan Organisasi          :  Untuk menyebarkan Marxisme di kalangan kaum buruh 
                                                 dan Raya Indonesia.
      Strategi Organisasi         :   Pemberontakan G30S/PKI    
      Sikap Terhadap Hindia-Belanda   :  Non Kooperataif

Konsep kepercayaan dari kebudayaan Megalitikum dan fungsi dari masing-masing benda Megalitikum


Ð Kepercayaan : Animisme = kepercayaan pada roh nenek moyang
Roh (jiwa) tidak hanya ada pada makhluk hidup, tapi juga pada benda-benda tertentu.
Roh à ada yang baik dan jahat, agar hidup selaras dan tidak saling mengganggu maka perlu diberi sesajen.
Ð  Dibuat bangunan-bangunan sebagai sarana penghormatan dan pemujaan roh nenek moyang:
a)      Menhir
F Yaitu tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dan ditempatkan pada suatu tempat.
F Fungsi Menhir adalah :
a. sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang
b.sebagai tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah       meninggal.
c. sebagai tempat menampung kedatangan roh.
F Menhir banyak ditemukan di Pasemah, Sumatera Selatan, juga di Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

b)     Dolmen
F Dolmen adalah meja batu sebagai tempat sesaji.
F Ada dolmen yang berkakikan menhir seperti yang ditemukan di Pasemah, Sumatera Selatan.
F Ada pula dolmen yang juga digunakan sebagai kubur batu, seperti yang ditemukan di Bondowoso dan di Merawan Jember, Jawa Timur.

c)      Arca
F Temuan arca-arca megalithik di Sumatera Selatan diteliti oleh Von Heine Geldern.
F Arca-arca tersebut menggambarkan manusia dan binatang seperti gajah, harimau, babi rusa dan monyet.

d)     Kubur batu
F Adalah peti jenasah yang terpendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dan sisi-sisinya dibuat dari lempengan-lempengan batu.
F Kubur peti batu ditemukan di Kuningan, Jawa Barat.

e)      Sarkofagus
F Sarkofagus atau keranda, yaitu peti jenasah yang terbentuk seperti palung atau lesung tetapi mempunyai tutup.
F Sarkofagus banyak ditemukan di Bali dan di Sumbawa Barat.

f)       Waruga
F Waruga adalah peti jenasah kecil yang berbentuk kubus yang ditutup dengan batu lain yang berbentuk atap rumah.
F Waruga banyak ditemukan di Minahasa.

g)      Punden berundak
F Punden Berundak adalah bangunan pemujaan yang bertingkat-tingkat (berundak-undak).
F Tempat pemujaan ini banyak ditemukan di daerah Cisolok, Sukabumi, juga di Lebak Si Beduk (Banten Selatan)

Hasil-hasil kebudayaan pada zaman Praaksara


a. Palaeolitikum (batu tua)
-          Alat-alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar, sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana, dapat digunakan untuk berbagai hal.
-          Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu :
1)      Kebudayaan Pacitan
I Ditemukan oleh Von Koenigswald, pada tahun 1935 di kali Baksoko, desa     Punung, Pacitan, Jawa Timur.
I Alat-alat batu dari Pacitan ini berupa :
a)      Kapak Genggam
Kapak tak bertangkai yang digunakan dengan cara menggenggam. Bentuknya mirip kapak perimbas dan kapak penetak, tapi lebih kecil.
b)     Kapak Perimbas
Bentuknya seperti kapak.
c)      Kapak Penetak
Mirip kapak perimbas, tapi lebih besar.
d)     Pahat Genggam
Lebih kecil dari kapak genggam.
e)      Alat Serpih (Flake)
Paling banyak ditemukan, berupa alat-alat kecil.
I Alat-alat batu tersebut berasal dari lapisan Plestosen Tengah (Lapisan dan Fauna Trinil). Pada umumnya teknik pembuatan alat-alat tersebut bercorak monofasial.
I Selain di Pacitan alat-alat batu tersebut di atas ditemukan pula di Sukabumi (Jawa Barat), di Perigi dan Gombong (Jawa Tengah), Tambangsawah (Bengkulu), Lahat (Sumatera Selatan), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), Cabbenge (Sulawesi Selatan), dll.
I Jenis manusia pendukung adalah Pithecanthropus Erectus.


2) Kebudayaan Ngandong
IAlat-alat zaman batu tua dari Ngandong dekat Ngawi, Jawa Timur, berupa: kapak-kapak genggam dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake). Di samping itu pada Kebudayaan Ngandong ditemukan pula alat-alat dari tulang dan tanduk. Ditemukan tanduk menjangan yang diruncingkan dan duri ikan pari yang digunakan sebagai mata tombak.
I Tradisi alat tulang dan tanduk ini dilanjutkan pada zaman Mesolithikum dalam  kehidupan di gua-gua, khususnya di gua Lawa, Sampung, Ponorogo.
I Jenis manusia pendukung adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

b.      Mesolitikum (batu tengah / madya)
-          Manusia pada zaman ini mulai menggali gua-gua.
-          Alat-alat batu dari zaman batu tua, seperti kapak genggam, pada zaman batu madya masih terus digunakan dan dikembangkan serta mendapat pengaruh dari Asia Daratan, sehingga memunculkan corak tersendiri.
-         Bahkan alat-alat tulang dan flake dari zaman batu tua, memegang peranan penting pada zaman batu madya.
-          Manusia pada zaman ini juga telah mampu membuat gerabah, yaitu benda pecah belah yang dibuat dari tanah liat yang dibakar.
-    Menurut Dr. P. V. van Stein Callenfels: Peble culture terutama di kjokkenmodingerBone culture dan Flake culture terutama di abris sous roche.
-          Berdasarkan daerah penemuannya Kebudayaan mesolitikum dapat dibagi 3, yaitu:
1.        Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture) à Gua Lawa, dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur
Ditemukan di abris sous roche (gua-gua menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang, sbg tempat tinggal).
Misalnya:
                                                                   i.       alat-alat batu seperti mata panah dan flake,
                                                                 ii.       batu-batu penggiling
                                                               iii.       alat-alat dari tulang dan tanduk.
Peneliti di Besuki, Jawa Timur oleh Van Heekeren.

2.        Kebudayaan TOALA (Flake Culture) à Sulawesi Selatan
Alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi dan alat-alat tulang. Alat-alat lain, seperti batu penggiling, gerabah dan kapak Sumatera (peble). Sedangkan di daerah Priangan, Bandung ditemukan flake terbuat dari obsidian (batu hitam yang indah).
Peneliti : Fritz Sarasin dan Paul Sarasin.

3.        Kebudayaan Kapak Genggam Sumatera (Peble Culture) à Di sepanjang pesisir Sumatera Timur Laut, antara Langsa (Aceh) dan Medan
Ditemukan di kjokkenmodinger (Denmark : sampah dapur)
a)      peble (kapak genggam Sumatera)
b)      hache courte (kapak pendek)
c)      batu-batu penggiling
d)     alu dan lesung batu
e)      pisau batu
f)       Fosil Papua-Melanesoide
Peneliti : van Stein Callenfels.

c.       Neolitikum (batu muda / baru)
-      Alat-alat batu yang sudah sangat halus, karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam.
-          Hasil kebudayaan dibawa oleh bangsa Proto-Melayu (± 2000 SM).
-          Kebudayaan zaman batu muda di Indonesia dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
1.                  Kebudayaan KAPAK PERSEGI
- Adalah kapak yang berbentuk memanjang dengan penampan lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium.
- Kapak-kapak persegi ini, terutama ditemukan di Indonesia bagian BARAT, yaitu : Sumatera, Jawa dan Bali.
- Di Indonesia bagian timur Kapak persegi juga ditemukan di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan sedikit di Kalimantan.
- Melalui JALAN BARAT, yaitu :
Dari Asia Daratan (Yunnan) ke Asia Tenggara – Semenanjung – Malaka – Sumatera – Jawa – Kalimantan – Sulawesi – Nusa Tenggara – Maluku.

2.                  Kebudayaan KAPAK LONJONG
Kapak lonjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau bulat telur berwarna kehitam-hitaman.
Penemuan kapak lonjong di Indonesia terbatas hanya di Indonesia bagian TIMUR, yaitu : di Sulawesi, Sangihe-Talaud, Flores, Maluku, Tanibar, Leti, Maluku dan Papua.
Melalui JALAN TIMUR, yaitu dari Asia Daratan ke Cina, Jepang, Formosa (Taiwan), Filipina, Minahasa, Maluku dan Papua.

3.                  Gerabah
- Memegang peranan penting sebagai wadah untuk keperluan sehari-hari.
-  Ada pula yang dibuat indah baik bentuk maupun hiasannya. Gerabah ini banyak ditemukan di bukit-bukit kerang Sumatera dan di Pacitan.
- Di Melolo (Sumba) banyak ditemukan gerabah yang berisi tulang-benulang manusia.

4.                  Mata Panah
- Untuk berburu, masih digunakan sampai sekarang di Papua.