Bukti Kasih untuk Sesama: Kado dari Seorang Tukang Ojek di Hari Valentine
“Valentine? Aku sih No!”
“Yuk rayain Valentine!”
“Happy Valentine!”
Banyak pendapat
tentang hari dan perayaan valentine tahun 2017 ini. Ya, seperti tahun-tahun
sebelumnya. Tulisan ini bukan untuk mengkritik atau pun menentang mereka yang
kurang menyetujui perayaan di hari valentine atau pun mereka yang merayakannya
(dengan agak berlebihan).
Sore ini,
sekitar pukul 16.30 WIB, saya memutuskan untuk pergi mengambil fotokopian
meskipun dilingkupi mendung yang gelap. “Takut
besok gak buka, kan libur nasional.” Saya melaju menuju ke tempat fotokopian
tersebut, letaknya di dekat perempatan Fakultas Teknik UNY. Sekitar 50 meter
sebelum perempatan, macet! Kabarnya daerah ini memang sudah biasa macet. Tapi ini
kali pertama saya mengalaminya langsung. Orang-orang juga terlihat tidak sabar
untuk segera terbebas dari belenggu antrian karena macet itu. (Termasuk saya
sendiri. Hahaha)
Setelah perjuangan
melewati antrian mobil yang cukup panjang (motor masih cukup lancar untuk
melaju hingga perempatan tersebut), ada hal menarik yang saya lihat. Seseorang
sedang berusaha mengurai kemacetan tersebut. Dia berusaha tetap sabar di tengah
hiruk pikuk jalanan. Meskipun hari semakin petang, dan mungkin kantongnya belum
semakin tebal, dia tetap memberikan waktunya untuk membantuk para pengguna
jalan yang terjebak kemacetan di perempatan tersebut. Lalu, dia itu siapa? Polisi?
Satpam? Petugas khusus? Bukan. Dia seorang tukang ojek. Berkat bantuannya, saya
pun berhasil menyeberang jalan yang begitu ramai sore tadi.
Sesampai di
tempat fotokopi (yang letaknya di salah satu pojok perempatan itu), saya masih
sempat melihat tukang ojek itu. Dia belum pergi. Hingga saya selesai melakukan “transaksi”,
dia pun belum pergi. Masih bertahan di tengah orang-orang yang mungkin jadi tak
sabar karena terburu-buru dikejar waktu. Bahkan hingga saya memutuskan untuk
pulang melaui jalan yang lain, kemacetan itu belum usai. Dan saya rasa, “urusannya”
juga belum usai.
Selama perjalanan
pulang, saya masih terbayang peristiwa itu. Dan seketika teringat, sekarang
tanggal 14 Februari 2017. Terus memangnya
kenapa? Bagi beberapa orang mungkin ini hari yang biasa, taka da yang
istimewa. Tapi bagi khalayak umum di seluruh dunia, kita ketahui bahwa hari ini
biasanya dikenal sebagai hari Valentine! Ya, hari kasih sayang. Hari menunjukkan
kasih sayang.
Kembali ke
pernyataan saya sebelumnya, banyak pendapat tentang hari Valentine ini. Setuju dan
tidak setuju, suka dan tidak suka, dan lain sebagainya. Saya pun sebenarnya
biasa saja dengan hari Valentine ini. Karena kasih sayang tidak hanya
ditunjukkan saat hari kasih sayang, atau hari ibu, seperti kebahagiaan yang
tidak hanya saat hari ulang tahun, atau saling memaafkan saat hari lebaran. Saya
tidak akan memberikan pendapat tentang setuju atau tidak tentang perayaan hari
Valentine, setiap orang memiliki pandangan dengan alasannya masing-masing. Tapi
saya ingin melihat makna dari hari Valentine ini sendiri. Hari menunjukkan
kasih sayang. Tukang ojek itu, dia akui atau tidak, disetujui masyarakat atau
tidak, menurut saya, dia telah menunjukkan “kasih sayangnya” untuk
lingkungannya. Dia menunjukkannya dengan kepedulian dan kerelaan memberikan
tenaga, pikiran, dan waktunya. Waktu, adalah hadiah terbaik bagi siapa pun,
karena setelah diberikan ia tak bisa
diambil lagi. Menurut pandangan saya, tukang ojek ini mengajarkan bahwa hal
terbaik untuk diberikan sebagai wujud kasih sayang bukanlah barang, tapi waktu,
tindakan.
Mungkin kejadian
tentang “orang-orang” yang rela memberikan “dirinya” untuk orang lain ini bukanlah
kali pertama dan tidak di hari Valentine saja. Tetapi kejadian ini jadi lebih
istimewa ketika terjadi di hari kasih sayang ini. Melalui tulisan ini, saya
ingin menyampaikan pendapat “mari tanggapi makna Valentine secara berbeda”. Jangan
hanya terpaku pada tradisi yang mungkin memang tidak sesuai dengan budaya
ke-Indonesia-an. Manfaatkanlah untuk mewujudkan Valentine yang benar-benar “nyata”.
Ps: Para pembaca mungkin tidak
langsung percaya pada cerita tukang ojek tersebut. Ya, no picture = hoax. Tapi ini benar-benar terjadi. Mereka yang
melintas di perempatan tersebut sekitar pukul 16.30 pasti melihatnya. Dan
sekali lagi, tulisan ini hanya sekedar sharing
dari pengalaman dan pemikiran pribadi saya tentang hari Valentine (yang katanya
hari kasih sayang) yang saya kaitkan dengan kejadian yang saya alami.